Rabu, 20 Oktober 2010

TIPS MENGELOLA UANG

Uang adalah benda paling dikenal dalam  sejarah. Entah kenapa  begitu, tapi faktanya tidak ada manusia yang hidup tanpa bersentuhan dengan uang.
Bagi orang tertentu, uang menjadi segala-segalanya. Bahkan spirit ini  menjadi trend yang pantang surut. Uang bukan lagi benda tapi sudah berubah menjadi spirit.
Untuk etnis tertentu, konon uang bukan lagi sekedar spirit, tetapi  uang menjadi dewa atau tuhan mereka.

Baru-baru ini, seorang teman meminta pendapat saya mengenai uang. Dia fokus pada bagaimana mengelola uang dalam keluarga. Setelah  mendiskusikan  eksistensi uang seperti tersebut di atas, saya berpendapat mengelola uang mudah.


Pertama, Carilah Uang
Mencari  bermakna  sesuatu belum ada pada kita saat ini dan kita perlukan di kemudian hari. Mencari uang berarti untuk memenuhi kebutuhan kita di kemudian hari. Mencari uang memerlukan biaya atau modal. Oleh karena itu, pertimbangkan  antara ongkos atau biaya dengan  hasil yang dicapai.
Sejalan dengan itu, untuk memperbesar upah atau keuntungan, dilakukan dengan mengurangi biaya atau menambah kerja atau produktifitas.

Kedua,  Sisihkan Uang.
Sisihkan  merupakan tindakan memilah  dari satu kesatuan yang lebih besar   menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil. 
Uang diperoleh pada satu periode tertentu biasanya (bulanan), contoh  upah. Ketika seorang menerima upah bulanan atau sejenisnya, saat itu juga harus membagi (menyisihkan) menjadi beberapa kelompok.
  • kelompok utama, perpuluhan, minimal 10 % dari total upah. 
  • kelompok kedua, tabungan, minimal  20 % dari total upah
  • kelompok ketiga, kebutuhan.
Pembagian kelompok tersebut merupakan urutan prioritas. Tidak boleh dibolak balik.

Ketiga, Bedakan Butuh dengan Ingin.
Kebutuhan bisa dihitung. Keinginan, mustahil batasnya. Keluarga yang hanya mengandalkan upah sebagai sarana mencari uang, harus lebih  taat dan setia pada aturan tersebut. Resikonya, salah kalkulasi awal akan mengganggu kalkulasi pada periode berikutnya.
Kebutuhan diprioritaskan  sbb :
  • makan
  • pakaian
  • pendidikan
  • kesehatan
  • papan
  • kesenangan
Ketika membuat prioritas, sering tergelincir pada  kata kesenangan. Dalam tahap ini, orang sering tergelincir  dan buta membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Untuk anak remaja di kota, kalau ditanya belanja  menjadi kebutuhan atau keinginan. Jawaban mereka cukup  mendebarkan jantung.
Ingat pesan Yesus,  keinginan membawa pada maut.

Keempat, Matikan Televisi.
Sadar atau tidak, salah satu sumber masalah dalam keluarga  modern adalah televisi. Masalah dalam mengelola keuangan terutama  penggeseran keinginan menjadi kebutuhan.
Bagi mereka yang taat dan setia pada aturan  tips kedua dan ketiga, juga tidak luput dari ancaman masalah ini. Kog bisa?
Pasti bisa! Karena, waktu Anda menonton siaran apapun termasuk tayangan  rohani, hampir dipastikan selalu ada jeda. Isinya bukan makan dan minum buat penonton. Jeda dalam televisi selalu berisi iklan.
Iklanlah yang mengubah paradigma, mindset  seseorang.
Bagi keluarga yang berhasil menghindar dari televisi, dipastikan masalah keuangan akan lebih kecil.
Semakin kecil frekuensi  nonton televisi, semakin kecil resiko keuangan Anda.
Menurut  para ahli komunikasi, satu kata atau pesan  yang diulang-ulang akan berpengaruh pada keputusan seseorang. Iklan adalah kata atau pesan yang diulang-ulang.

Kelima, Lipatgandakan
Istilah lipatgandakan atau investasi, adalah sesuatu yang ada pada kita lalu kita upayakan sehingga bertambah. Saya lebih memilih lipatgandakan karena seringkali investasi dikaitkan dengan hutang. Lipatgandakan secara implisit berkarya dan disarankan tidak berhutang. Memilih pelipatgandaan, lebih berorientasi pada kebutuhan jangka panjang. Mulailah dengan keterampilan (talenta) yang Anda miliki. Jangan tergiur dengan usaha yang memotong kompas, dan cepat menghasilkan. Sesuatu yang instan (baca : premature), akan mengecewakan. Berdasarkan biografi  orang yang berhasil dalam usaha, sebagian besar melakukan dari hal-hal kecil yang dia mampu lakukan. Contoh, semula hanya sebagai pedagang telur lalu kemudian menjadi juragan taksi dengan jaringan terbesar di Indonesia.

Kacamata Kuda
Dalam merespon tips tersebut,  seseorang akan memasang kaca mata yaitu :
  • wah, mana mungkin memberikan perpuluhan, untuk kebutuhan saja kurang
  • biaya pendidikan sekarang mana bisa ditunda kan untuk masa depan
Tapi perlu direnungkan, jika Anda sudah tutup mata, maka jangan harapkan  keindahan cahaya.
Jadi harus berani bertindak. Ini kan tuntutan iman.


Jakarta, 21 Oktober 2010
Robert Panjaitan
Penasihat Keuangan Sinode GPIN

Tips Terkait
http://robertzaitoen4presiden.blogspot.com/2009/02/ekonomi-rakyat-satu-ribu-one-thousand.html
http://robertzaitoen4presiden.blogspot.com/2009/03/usaha-rumah-ur-kartika.html

2 komentar:

  1. terima kasih banyak pak atas tipnya yang luar biasa. spirit rohaninya sangat dalam. saya sangat diberkati dan dimotivasi. trims... trims... Gbu

    BalasHapus
  2. JIka uang dikelola dengan baik dan sesuai dengan Maksud-Nya maka akan mendatangkan berkat khusus bagi kita...., Tksh pak...Tuhan Memberkati.

    Mansyukur Waruwu

    BalasHapus