Bagi orang tertentu, uang menjadi segala-segalanya. Bahkan spirit ini menjadi trend yang pantang surut. Uang bukan lagi benda tapi sudah berubah menjadi spirit.
Untuk etnis tertentu, konon uang bukan lagi sekedar spirit, tetapi uang menjadi dewa atau tuhan mereka.
Baru-baru ini, seorang teman meminta pendapat saya mengenai uang. Dia fokus pada bagaimana mengelola uang dalam keluarga. Setelah mendiskusikan eksistensi uang seperti tersebut di atas, saya berpendapat mengelola uang mudah.
Pertama, Carilah Uang.
Mencari bermakna sesuatu belum ada pada kita saat ini dan kita perlukan di kemudian hari. Mencari uang berarti untuk memenuhi kebutuhan kita di kemudian hari. Mencari uang memerlukan biaya atau modal. Oleh karena itu, pertimbangkan antara ongkos atau biaya dengan hasil yang dicapai.
Sejalan dengan itu, untuk memperbesar upah atau keuntungan, dilakukan dengan mengurangi biaya atau menambah kerja atau produktifitas.Kedua, Sisihkan Uang.
Sisihkan merupakan tindakan memilah dari satu kesatuan yang lebih besar menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil.
Uang diperoleh pada satu periode tertentu biasanya (bulanan), contoh upah. Ketika seorang menerima upah bulanan atau sejenisnya, saat itu juga harus membagi (menyisihkan) menjadi beberapa kelompok.- kelompok utama, perpuluhan, minimal 10 % dari total upah.
- kelompok kedua, tabungan, minimal 20 % dari total upah
- kelompok ketiga, kebutuhan.
Ketiga, Bedakan Butuh dengan Ingin.
Kebutuhan bisa dihitung. Keinginan, mustahil batasnya. Keluarga yang hanya mengandalkan upah sebagai sarana mencari uang, harus lebih taat dan setia pada aturan tersebut. Resikonya, salah kalkulasi awal akan mengganggu kalkulasi pada periode berikutnya.
Kebutuhan diprioritaskan sbb :- makan
- pakaian
- pendidikan
- kesehatan
- papan
- kesenangan
Ketika membuat prioritas, sering tergelincir pada kata kesenangan. Dalam tahap ini, orang sering tergelincir dan buta membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Untuk anak remaja di kota, kalau ditanya belanja menjadi kebutuhan atau keinginan. Jawaban mereka cukup mendebarkan jantung.
Ingat pesan Yesus, keinginan membawa pada maut.
Ingat pesan Yesus, keinginan membawa pada maut.
Keempat, Matikan Televisi.
Sadar atau tidak, salah satu sumber masalah dalam keluarga modern adalah televisi. Masalah dalam mengelola keuangan terutama penggeseran keinginan menjadi kebutuhan.
Bagi mereka yang taat dan setia pada aturan tips kedua dan ketiga, juga tidak luput dari ancaman masalah ini. Kog bisa?Pasti bisa! Karena, waktu Anda menonton siaran apapun termasuk tayangan rohani, hampir dipastikan selalu ada jeda. Isinya bukan makan dan minum buat penonton. Jeda dalam televisi selalu berisi iklan.
Iklanlah yang mengubah paradigma, mindset seseorang.Bagi keluarga yang berhasil menghindar dari televisi, dipastikan masalah keuangan akan lebih kecil.
Semakin kecil frekuensi nonton televisi, semakin kecil resiko keuangan Anda.
Menurut para ahli komunikasi, satu kata atau pesan yang diulang-ulang akan berpengaruh pada keputusan seseorang. Iklan adalah kata atau pesan yang diulang-ulang.
Kelima, Lipatgandakan
Istilah lipatgandakan atau investasi, adalah sesuatu yang ada pada kita lalu kita upayakan sehingga bertambah. Saya lebih memilih lipatgandakan karena seringkali investasi dikaitkan dengan hutang. Lipatgandakan secara implisit berkarya dan disarankan tidak berhutang. Memilih pelipatgandaan, lebih berorientasi pada kebutuhan jangka panjang. Mulailah dengan keterampilan (talenta) yang Anda miliki. Jangan tergiur dengan usaha yang memotong kompas, dan cepat menghasilkan. Sesuatu yang instan (baca : premature), akan mengecewakan. Berdasarkan biografi orang yang berhasil dalam usaha, sebagian besar melakukan dari hal-hal kecil yang dia mampu lakukan. Contoh, semula hanya sebagai pedagang telur lalu kemudian menjadi juragan taksi dengan jaringan terbesar di Indonesia.
Kacamata Kuda
Dalam merespon tips tersebut, seseorang akan memasang kaca mata yaitu :
- wah, mana mungkin memberikan perpuluhan, untuk kebutuhan saja kurang
- biaya pendidikan sekarang mana bisa ditunda kan untuk masa depan
Jadi harus berani bertindak. Ini kan tuntutan iman.
Jakarta, 21 Oktober 2010
Robert Panjaitan
Penasihat Keuangan Sinode GPIN
Tips Terkait
http://robertzaitoen4presiden.blogspot.com/2009/02/ekonomi-rakyat-satu-ribu-one-thousand.html
http://robertzaitoen4presiden.blogspot.com/2009/03/usaha-rumah-ur-kartika.html
terima kasih banyak pak atas tipnya yang luar biasa. spirit rohaninya sangat dalam. saya sangat diberkati dan dimotivasi. trims... trims... Gbu
BalasHapusJIka uang dikelola dengan baik dan sesuai dengan Maksud-Nya maka akan mendatangkan berkat khusus bagi kita...., Tksh pak...Tuhan Memberkati.
BalasHapusMansyukur Waruwu